Senin, 08 Juli 2013

candra sengkala

Watak bilangan 0
Kata-kata yang termasuk watak bilangan 0 adalah kata-kata yang memiliki arti kosong, hilang, habis, langit, dan tidak tampak secara jasmaniyah. Contoh:
Kata sirna berarti hilang atau habis memiliki watak 0 karena kata sirna dan semua padan katanya berarti kosong.
Watak bilangan 1
Kata-kata yang termasuk dalam watak 1 adalah kata-kata yang memiliki arti satu, tunggal, berjumlah satu baik itu Dzat Tuhan, benda, manusia, binatang, dan makhluk hidup lain serta kejadian alam dan sebagainya. Contoh:
Kata Gusti yang berati Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa memiliki watak 1 karena kata Gusti dan semua padan katanya berarti Dzat yang hanya berjumlah satu.
Watak bilangan 2
Kata-kata yang termasuk dalam watak 2 adalah kataa-kata yang memiliki arti dua atau sepasang. Contoh:
Kata asta yang berarti tangan memiliki watak 2 karena tangan manusia berjumlah dua atau sepasang. Demikian juga kata netra yang berarti mata memiliki watak 2 karena mata manusia berjumlah dua atau sepasang. Sedangkan kata Nembah atau menyembah memiliki watak 2 karena ketika seseorang melakukan sembah dalam adat Jawa menggunakan dua tangan.
Watak bilangan 3
Kata-kata yang termasuk dalam watak 3 adalah kata-kata yang memiliki arti tiga atau dalam sifatnya berunsur tiga. Contoh:
Kata Bahni atau geni yang berarti api memiliki watak 3 karena api terjadi karena adanya tiga unsur yaitu: alat pemantik, sarana, dan udara. Pendapat lain tentang api ini adalah karena konon para Brahmana mengklasifikasikan api menjadi tiga macam yaitu: api rumah tangga, api petir, dan api persembahan.
Watak bilangan 4
Kata-kata yang termasuk dalam watak 4 adalah kata-kata yang memiliki arti empa atau berkait dengan segala sesuatu tentang air. Contoh:
Kata segara atau laut dikatakan berwatak 4 karena diyakini bahwa air laut berasal dari tampungan empat jenis/sumber air yaitu: air dari mata air, air bengawan, air pancuran, dan air hujan. Adapun kata air sendiri dikatakan berwatak 4 karena kata air diturunkan dari kata warnna yang berarti kasta, sementara itu kasta dalam keyakinan Hindu berjumlah empat.
Watak bilangan 5
Kata-kata yang termasuk dalam watak 5 adalah kata-kata yang memiliki arti lima atau dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 5. Contoh:
Kata pandhawa dikatakan berwatak 5 karena jumlah personil dari pandhawa berjumlah lima orang yaitu: Puntadewa, Wrekudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Watak bilangan 6
Kata-kata yang termasuk dalam watak 6 adalah kata-kata yang memiliki arti enam atau dalam sifatnnya mengandung unsur berjumlah 6 atau juga segala sesuatu yang berkait dengan sifat manis. Contoh:
Kata Anggana atau lebah dikatakan berwatak 6 karena jumlah kaki lebah berjumlah 6.
Watak bilangan 7
Kata-kata yang termasuk watak 7 adalah kata-kata yang memiliki artti tujuh atau dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 7. Contoh:
Kata resi atau pendeta suci dikatakan memiliki watak 7 karena ada anggapan bahwa pada jaman purwa ada tujuh orang pendeta suci yaitu: Resi Kanwa, Resi Parasurama, Resi Janaka, Resi Wasistha, Resi Carika, Resi Wrahaspati, dan Resi Naraddha.
Watak bilangan 8
Kata-kata yang termasuk dalam watak 8 adalah kata-kata yang memiliki arti delapan atau adalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 8 atau segala sesuatu yang berkait dengan ular. Contoh:
Kata basu dari asal kata wasu dikatakan berwatak 8 karena wasu merupakan sebangsa dewa yang berjumlah delapan personil. Sedangkan Bujangga dikatakan memiliki watak 8 karena seorang bujangga atau pujangga harus memiliki delapan kemampuan yaitu: Paramasastra (kemampuan didalam kesusastraan), Paramakawi (kemampuan didalam bahasa kawi), Mardibasa (kelebihan didalam oleh kata), Mardawalagu (kemampuan dibidang lagu-lagu tembang dan gending), Hawicarita (kepandaian didalam bercerita), Mandraguna (berilmu pengetahuan luas), Nawung Krida (kemampuan mengarang/mengubah suatu karya yang memiliki nilai filosofi tinggi), dan Sambegana (kekuatan daya ingat).
Watak bilangan 9
Kata-kata yang termasuk dalam watak 9 adalah kata-kata yang memiliki arti sembilan atau dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 9 atau segala sesuatu yang berkaitan dengan belalang. Contoh:
Kata lubang dikatakan berwatak 9 karena dalam tubuh manusia memiliki lubang alami yang berjumlah sembilan yaitu: dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, satu lubang mulut, satu lubang anus, dan satu lubang kelamin.
Penyusunan kata dalan Candrasengkala
Setelah mengenal kata-kata beserta wataknya, maka kita akan dapat membuat Sengkalan. Namun demikian ada beberapa hal penting yang perlu anda ketahui sebelum menyusun sebuah kalimat Sengkalan, yaitu:
  1. Penggunaan kata-kata harus atau sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang sudah baku atau biasa digunakan sesuai dengan watak bilangan yang dikehendaki yaitu seperti yang tercantum pada contoh kata-kata di atas dan tidak perlu lagi mencari kata-kata yang aneh.
  2. Struktur katanya dapat berupa kalimat atau sekadar sususunan kata-kata biasa tanpa membentuk sebuah kalimat.
  3. Makna kalimat atau susunan katanyadapat menggambarakan keadaan tahun yang akan dibuatkan Sengkalan.
  4. Susunan kata atau kalimat dapat berupa berita, pujian, harapan, dan do’a.
  5. Meski susunan kata atau kalimat yang sudah dibuat tidak memiliki makna atau keterkaitan, sebaiknya tidak memiliki pertentangan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun bersangkutan.
  6. Susunan kata atau kalimat didalam Sengkalan menunjukkan susunan angka bilangan tahun secara berturut-turut dari kiri ke kanan dengan susunan sebagai berikut:
  • kata pertama menunjukkan angka satuan dari tahun
  • kata kedua menunjukkan angka puluhan dari tahun
  • kata ketiga menunjukkan angka ratusan dari tahun
  • kata keempat menunjukka angka ribuan dari tahun
Setelah kita memahami ketentuan-ketentuan di atas, maka kita akan dengan mudah membuat Sengkalan untuk tahun yang kita kehendaki. Misalkan dalam tulisan ini saya akan membuat Sengkalan untuk memperingati tahun kelahiran seorang teman saya, yaitu:
  1. Seorang teman saya lahir pada tahun 1977 Masehi, beliau adalah seorang aktivis pengajian yang aktif pada berbagai organisasi Islam pada masa mudanya dahulu. Maka Sengkalan yang cocok dan berkait dengan kegiatan teman saya tersebut adalah Suryasengkala Wasitaning Resi Ambuka Budi, disini kata Wasita berwatak 7, kata Resi berwatak 7, kata Ambuka berwatak 9, dan kata Budi berwatak 1. Adapun makna dari kalimat tersebut adalah “nasihat, petunjuk, dan pelajaran dari seorang ahli agama akan membuka pikiran atau pemikiran” (untuk arti perkatanya dapat anda lihat pada tabel-tabel daftar watak bilangan di atas). Jadi pesan dari Suryasengkala ini adalah jika kita mendengarkan petunjuk, nasihat, dan pelajaran dari ahli agama (alim ulama) Insya Allah akan terbuka pikiran kita dari segala sesuatu hal buruk yang menutupinya, sehingga kita akan dengan mudah memperoleh dan menerima ilmu pengetahuan yang otomatis akan meningkatkan wawasan kita. Maka rajin-rajinlah mengaji.
  2. Sengkalan kedua masih berkait dengan Sengkalan di atas karena ini merupakan versi tahun Hijriyahnya, yaitu 1397. Candrasengkala dari tahun tersebut adalah Sabdaning Jawata Wedaning Urip, dimana kata Sabda berwatak 7, kata Jawata berwatak 9, kata Weda berwatak 3, dan kata Urip berwatak 1. Adapun makna dari Candrasengkala ini adalah “firman-firman Tuhan adalah pegangan pokok kehidupan”. Jadi pesan dari Candrasengkala ini adalah pelajarilah kitab suci (dalam hal ini Al-Qur’an) karena kitab suci tersebut memuat firman-firman Allah SWT yang akan menjadi pegangan pokok dalam kehidupan di dunia ini.
  3. Sengkalan yang kertiga juga masih terkait pada kedua Sengkalan di atasnya, terlebih lagi pada Sengkalan kedua, pasalnya Sengkalan ini juga merupakan versi Hijriyah yaitu tahun 1398. Karena saya tidak tahu persis bulan kelahiran teman saya tersebut dan sementara itu pada tahun 1977 Masehi bertepatan dengan dua tahun Hijriyah yaitu 1397 dan 1398 maka untuk “berjaga-jaga” saya juga membuat Sengkalan versi 1398-nya yaitu Esthining Jawata Wedaning Urip, dimana kata Esthi berwatak 8, kata Jawata berwatak 9, kata Weda berwatak 3,dan kata Urip berwatak 1. Pada Candrasengkala ini memang kalimatnya sengaja saya buat mirip dan pesannya pun sama yaitu “kehendak Tuhan adalah pegangan pokok kehidupan”. Pesannya adalah sama yaitu pelajarilah kitab suci (Al-Qur’an) karena kitab suci tersebut memuat kehendak-kehendak Allah SWT atas segala makhluk khususnya manusia yang akan menjadi pegangan pokok dalam kehidupan di dunia ini.
Dari ketiga Sengkalan di atas jelas sekali bahwa sebenarnya antara tahun Masehi, Hijriyah dan bahkan mungkin Saka/Jawa memiliki makna yang identik satu sama lain atau setidaknya dapat dibuat seperti itu. Pada tulisan ini, sebenarnya saya masih ingin memberikan contoh Sengkalan yang lain dari tahun kelahiran teman-teman saya. Namun karena sampai di sini saja tulisan ini sudah sangat panjang maka saya kira tidaklah perlu memuatkan contoh yang lain. Bagaimana dengan anda? anda juga bisa membuat yang lebih bagus lagi, lebih bermakna lagi, tidak hanya untuk memperingati hari kelahiran orang-orang terdekat anda, tapi bisa juga untuk tahun didirikannya perusahaan anda, bangunan rumah, berbagai karya yang telah atau akan anda buat atau segala sesuatu di lingkungan masyarakat anda. Maka ayo kita coba, hitung-hitung melestarikan budaya bangsa, mumpung Malaysia tidak bisa atau belum bisa bahasa Jawa hahaha.

1 komentar:

  1. Salut.......atas tulisan ttg Candra Sengkala ini, yg sudah mulai terlupakan.
    Salam
    Agung

    BalasHapus

MONGGO