- Lepaskan baterai handphone anda.
- Bungkus baterai handphone anda dengan plastic dengan sangat rapat, kalau perlu anda buat rangkap plastiknya. Setelah yakin bahwa baterai handphone anda terbungkus dengan rapat. Taruhlah di lemari es, pada bagian yang bersuhu dingin, atau pada tempat anda membuat es. Biarkan baterai tersebut selama mungkin. Kalau penulis menaruhnya sekitar jam 9 malam sampai pagi menjelang. Setelah cukup lama, ambil baterai dan lepaskan plastik yang menutupinya. Taruh ditempat yang aman dan diamkan selama 2 jam. Setelah itu, masukkan baterai ke ponsel anda kembali Langkah terakhir, yaitu charge handphone anda selama 4 sampai 6 jam. Setelah itu, cabutlah charge handphone. Maka rasakanlah sendiri, baterai handphone anda seperti baru lagi.
Senin, 29 Juli 2013
cara mengatasi baterai hp yang ngedrop
Senin, 08 Juli 2013
candra sengkala
Watak bilangan 0
Kata-kata yang termasuk dalam watak 9 adalah kata-kata yang memiliki arti sembilan atau dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 9 atau segala sesuatu yang berkaitan dengan belalang. Contoh:
Kata-kata yang termasuk watak bilangan 0
adalah kata-kata yang memiliki arti kosong, hilang, habis, langit, dan
tidak tampak secara jasmaniyah. Contoh:
Kata sirna berarti hilang atau habis memiliki watak 0 karena kata sirna dan semua padan katanya berarti kosong.
Watak bilangan 1
Kata-kata yang termasuk dalam watak 1
adalah kata-kata yang memiliki arti satu, tunggal, berjumlah satu baik
itu Dzat Tuhan, benda, manusia, binatang, dan makhluk hidup lain serta
kejadian alam dan sebagainya. Contoh:
Kata Gusti yang berati Allah SWT atau
Tuhan Yang Maha Esa memiliki watak 1 karena kata Gusti dan semua padan
katanya berarti Dzat yang hanya berjumlah satu.
Watak bilangan 2
Kata-kata yang termasuk dalam watak 2 adalah kataa-kata yang memiliki arti dua atau sepasang. Contoh:
Kata
asta yang berarti tangan memiliki watak 2 karena tangan manusia
berjumlah dua atau sepasang. Demikian juga kata netra yang berarti mata
memiliki watak 2 karena mata manusia berjumlah dua atau sepasang.
Sedangkan kata Nembah atau menyembah memiliki watak 2 karena ketika
seseorang melakukan sembah dalam adat Jawa menggunakan dua tangan.
Watak bilangan 3
Kata-kata yang termasuk dalam watak 3 adalah kata-kata yang memiliki arti tiga atau dalam sifatnya berunsur tiga. Contoh:
Kata
Bahni atau geni yang berarti api memiliki watak 3 karena api terjadi
karena adanya tiga unsur yaitu: alat pemantik, sarana, dan udara.
Pendapat lain tentang api ini adalah karena konon para Brahmana
mengklasifikasikan api menjadi tiga macam yaitu: api rumah tangga, api
petir, dan api persembahan.
Watak bilangan 4
Kata-kata yang termasuk dalam watak 4
adalah kata-kata yang memiliki arti empa atau berkait dengan segala
sesuatu tentang air. Contoh:
Kata
segara atau laut dikatakan berwatak 4 karena diyakini bahwa air laut
berasal dari tampungan empat jenis/sumber air yaitu: air dari mata air,
air bengawan, air pancuran, dan air hujan. Adapun kata air sendiri
dikatakan berwatak 4 karena kata air diturunkan dari kata warnna yang
berarti kasta, sementara itu kasta dalam keyakinan Hindu berjumlah
empat.
Watak bilangan 5
Kata-kata yang
termasuk dalam watak 5 adalah kata-kata yang memiliki arti lima atau
dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 5. Contoh:
Kata
pandhawa dikatakan berwatak 5 karena jumlah personil dari pandhawa
berjumlah lima orang yaitu: Puntadewa, Wrekudara, Arjuna, Nakula dan
Sadewa.
Watak bilangan 6
Kata-kata yang termasuk dalam watak 6
adalah kata-kata yang memiliki arti enam atau dalam sifatnnya mengandung
unsur berjumlah 6 atau juga segala sesuatu yang berkait dengan sifat
manis. Contoh:
Watak bilangan 7
Kata-kata yang termasuk watak 7 adalah
kata-kata yang memiliki artti tujuh atau dalam sifatnya mengandung unsur
yang berjumlah 7. Contoh:
Kata
resi atau pendeta suci dikatakan memiliki watak 7 karena ada anggapan
bahwa pada jaman purwa ada tujuh orang pendeta suci yaitu: Resi Kanwa,
Resi Parasurama, Resi Janaka, Resi Wasistha, Resi Carika, Resi
Wrahaspati, dan Resi Naraddha.
Watak bilangan 8
Kata-kata yang
termasuk dalam watak 8 adalah kata-kata yang memiliki arti delapan atau
adalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 8 atau segala sesuatu
yang berkait dengan ular. Contoh:
Kata
basu dari asal kata wasu dikatakan berwatak 8 karena wasu merupakan
sebangsa dewa yang berjumlah delapan personil. Sedangkan Bujangga
dikatakan memiliki watak 8 karena seorang bujangga atau pujangga harus
memiliki delapan kemampuan yaitu: Paramasastra (kemampuan didalam
kesusastraan), Paramakawi (kemampuan didalam bahasa kawi), Mardibasa
(kelebihan didalam oleh kata), Mardawalagu (kemampuan dibidang lagu-lagu
tembang dan gending), Hawicarita (kepandaian didalam bercerita),
Mandraguna (berilmu pengetahuan luas), Nawung Krida (kemampuan
mengarang/mengubah suatu karya yang memiliki nilai filosofi tinggi), dan
Sambegana (kekuatan daya ingat).
Watak bilangan 9Kata-kata yang termasuk dalam watak 9 adalah kata-kata yang memiliki arti sembilan atau dalam sifatnya mengandung unsur yang berjumlah 9 atau segala sesuatu yang berkaitan dengan belalang. Contoh:
Kata
lubang dikatakan berwatak 9 karena dalam tubuh manusia memiliki lubang
alami yang berjumlah sembilan yaitu: dua lubang mata, dua lubang
telinga, dua lubang hidung, satu lubang mulut, satu lubang anus, dan
satu lubang kelamin.
Penyusunan kata dalan Candrasengkala
Setelah mengenal
kata-kata beserta wataknya, maka kita akan dapat membuat Sengkalan.
Namun demikian ada beberapa hal penting yang perlu anda ketahui sebelum
menyusun sebuah kalimat Sengkalan, yaitu:
- Penggunaan kata-kata harus atau sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang sudah baku atau biasa digunakan sesuai dengan watak bilangan yang dikehendaki yaitu seperti yang tercantum pada contoh kata-kata di atas dan tidak perlu lagi mencari kata-kata yang aneh.
- Struktur katanya dapat berupa kalimat atau sekadar sususunan kata-kata biasa tanpa membentuk sebuah kalimat.
- Makna kalimat atau susunan katanyadapat menggambarakan keadaan tahun yang akan dibuatkan Sengkalan.
- Susunan kata atau kalimat dapat berupa berita, pujian, harapan, dan do’a.
- Meski susunan kata atau kalimat yang sudah dibuat tidak memiliki makna atau keterkaitan, sebaiknya tidak memiliki pertentangan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun bersangkutan.
- Susunan kata atau kalimat didalam Sengkalan menunjukkan susunan angka bilangan tahun secara berturut-turut dari kiri ke kanan dengan susunan sebagai berikut:
- kata pertama menunjukkan angka satuan dari tahun
- kata kedua menunjukkan angka puluhan dari tahun
- kata ketiga menunjukkan angka ratusan dari tahun
- kata keempat menunjukka angka ribuan dari tahun
Setelah kita memahami ketentuan-ketentuan
di atas, maka kita akan dengan mudah membuat Sengkalan untuk tahun yang
kita kehendaki. Misalkan dalam tulisan ini saya akan membuat Sengkalan
untuk memperingati tahun kelahiran seorang teman saya, yaitu:
- Seorang teman saya lahir pada tahun 1977 Masehi, beliau adalah seorang aktivis pengajian yang aktif pada berbagai organisasi Islam pada masa mudanya dahulu. Maka Sengkalan yang cocok dan berkait dengan kegiatan teman saya tersebut adalah Suryasengkala Wasitaning Resi Ambuka Budi, disini kata Wasita berwatak 7, kata Resi berwatak 7, kata Ambuka berwatak 9, dan kata Budi berwatak 1. Adapun makna dari kalimat tersebut adalah “nasihat, petunjuk, dan pelajaran dari seorang ahli agama akan membuka pikiran atau pemikiran” (untuk arti perkatanya dapat anda lihat pada tabel-tabel daftar watak bilangan di atas). Jadi pesan dari Suryasengkala ini adalah jika kita mendengarkan petunjuk, nasihat, dan pelajaran dari ahli agama (alim ulama) Insya Allah akan terbuka pikiran kita dari segala sesuatu hal buruk yang menutupinya, sehingga kita akan dengan mudah memperoleh dan menerima ilmu pengetahuan yang otomatis akan meningkatkan wawasan kita. Maka rajin-rajinlah mengaji.
- Sengkalan kedua masih berkait dengan Sengkalan di atas karena ini merupakan versi tahun Hijriyahnya, yaitu 1397. Candrasengkala dari tahun tersebut adalah Sabdaning Jawata Wedaning Urip, dimana kata Sabda berwatak 7, kata Jawata berwatak 9, kata Weda berwatak 3, dan kata Urip berwatak 1. Adapun makna dari Candrasengkala ini adalah “firman-firman Tuhan adalah pegangan pokok kehidupan”. Jadi pesan dari Candrasengkala ini adalah pelajarilah kitab suci (dalam hal ini Al-Qur’an) karena kitab suci tersebut memuat firman-firman Allah SWT yang akan menjadi pegangan pokok dalam kehidupan di dunia ini.
- Sengkalan yang kertiga juga masih terkait pada kedua Sengkalan di atasnya, terlebih lagi pada Sengkalan kedua, pasalnya Sengkalan ini juga merupakan versi Hijriyah yaitu tahun 1398. Karena saya tidak tahu persis bulan kelahiran teman saya tersebut dan sementara itu pada tahun 1977 Masehi bertepatan dengan dua tahun Hijriyah yaitu 1397 dan 1398 maka untuk “berjaga-jaga” saya juga membuat Sengkalan versi 1398-nya yaitu Esthining Jawata Wedaning Urip, dimana kata Esthi berwatak 8, kata Jawata berwatak 9, kata Weda berwatak 3,dan kata Urip berwatak 1. Pada Candrasengkala ini memang kalimatnya sengaja saya buat mirip dan pesannya pun sama yaitu “kehendak Tuhan adalah pegangan pokok kehidupan”. Pesannya adalah sama yaitu pelajarilah kitab suci (Al-Qur’an) karena kitab suci tersebut memuat kehendak-kehendak Allah SWT atas segala makhluk khususnya manusia yang akan menjadi pegangan pokok dalam kehidupan di dunia ini.
Dari ketiga Sengkalan di atas jelas
sekali bahwa sebenarnya antara tahun Masehi, Hijriyah dan bahkan mungkin
Saka/Jawa memiliki makna yang identik satu sama lain atau setidaknya
dapat dibuat seperti itu. Pada tulisan ini, sebenarnya saya masih ingin
memberikan contoh Sengkalan yang lain dari tahun kelahiran teman-teman
saya. Namun karena sampai di sini saja tulisan ini sudah sangat panjang
maka saya kira tidaklah perlu memuatkan contoh yang lain. Bagaimana
dengan anda? anda juga bisa membuat yang lebih bagus lagi, lebih
bermakna lagi, tidak hanya untuk memperingati hari kelahiran orang-orang
terdekat anda, tapi bisa juga untuk tahun didirikannya perusahaan anda,
bangunan rumah, berbagai karya yang telah atau akan anda buat atau
segala sesuatu di lingkungan masyarakat anda. Maka ayo kita coba,
hitung-hitung melestarikan budaya bangsa, mumpung Malaysia tidak bisa atau belum bisa bahasa Jawa hahaha.
Langganan:
Postingan (Atom)